|
Bagian ketiga dari ulasan SGPC mengenai bangunan di India
|
Pada tanggal 5 Februari 2020 yang lalu penulis, diajak oleh keluarga besar,
menyempatkan diri berwisata di India. Negeri Bollywood yang dikenal dengan
budaya yang kental dan kuat dengan nuansa spiritual dan keagamaan, terutama
Hindu, dan lanskapnya yang tidak kalah indahnya. Perjalanan selama 7 hari
tersebut memang lebih banyak dicurahkan ke hal-hal spiritual, tetapi penulis
melihat obyek arsitektur yang mungkin sayang kalau dilewatkan, mulai dari
mandir (sejenis tempat ibadah agama Hindu di India), patung, gedung bersejarah
hingga gedung berarsitektur modern, terutama di Delhi dan Noida.
Dalam segmen ini, kota Agra, Vrindavan dan Mathura digabung menjadi satu
tulisan, karena obyek arsitekturalnya sedikit untuk dibahas. Paling untuk
Agra, ada Taj Mahal dan beberapa hotel.
Foto ciptaan penulis ada di bawah lisensi
. Dilarang menggandakan foto yang ada dalam tulisan ini tanpa mematuhi
isi lisensi
.
Mathura dan Vrindhavan
Mathura adalah salah satu kota yang dilewati oleh rombongan ini. Dengan
penduduk sekitar 440 ribu orang, Mathura berjarak 55 kilometer utara Agra
dan 80 kilometer dari kota NCR terdekat, Noida.
|
Mandir Krishna Janmasthan Foto oleh Diego Delso, delso.photo, License
|
Seperti yang penulis jelaskan sebelumnya, tour ke kota tersebut memang
bersifat spiritual. Hal ini karena Kota Mathura adalah kota kelahiran Dewa
Krishna, dan salah satu mandir terbesar di sini, kawasan Krishna Janmasthan,
dibangun untuk memuja Dewa Krishna. Dulu mandir yang seingat penulis
temboknya didominasi bata ini berada di lokasi yang sekarang adalah masjid
peninggalan Kekaisaran Mughal, dihancurkan oleh Sultan Delhi Sikandar Lodi.
Mandir yang saat ini dibangun adalah replikanya, selesai dibangun di tahun
1982. Sayangnya, karena di sana aturan larangan memfoto obyek mandir itu
ketat, penulis tidak memiliki foto tersebut.
|
Potra Kund Foto oleh Maria Kamptner (Wikimedia Commons),
|
Di seberang kompleks mandir adalah kolam Potra Kund yang konon adalah tempat
mandi Dewa Krishna semasa kecil. Penulis juga tidak memiliki fotonya,
sehingga penulis memuat foto kedua tempat tersebut dari Wikimedia Commons.
Selain kedua tempat ibadah yang bersebelahan tersebut, tidak banyak gedung
tinggi atau bangunan modern yang menarik, didominasi apartemen dan hotel,
bahkan mandir pun tidak ada yang punya corak khusus untuk diabadikan,
termasuk karena adanya larangan fotografi. Kebanyakan bangunan tersebut
dibangun di masa real estate mania di India.
|
Apartemen di dekat stasiun KA Mathura. Foto DBG
|
|
Apartemen non-descript lain. Foto DBG
|
Hal yang sama berlaku di Vrindavan, kota suci yang menjadi tempat bermain
Dewa Krishna di sebuah hutan, hutan tersebut juga memiliki beberapa tempat
pemujaan Dewa Krishna. Di dalam kota tersebut, suasana masa lalunya cukup
kental dengan jalanan yang sangat kompak dan rukan berhias ukiran
tradisional khas India (haveli) di sana-sini.
|
Pusat Kota Vrindavan. Foto DBG
|
|
Pusat Kota Vrindavan. Foto DBG
|
|
Proyek apartemen Vrindavan. Foto DBG
|
Agra
Kota Agra adalah kota berpenduduk besar di India; per tahun 2011 sudah lebih
dari 1,5 juta penduduk tinggal di kota ini. Agra adalah kota wisata yang
sarat nilai sejarah dari era kekaisaran Islam Mughal, dan lebih dikenal
dunia melalui Taj Mahal dan Red Fort.
Karena penulis datangnya sore-sore, penulis hanya mengambil gambar Taj Mahal
yang sangat termashyur itu, dan beberapa hotel-hotel di sepanjang perjalanan
ke Taj Mahal dan menginap di hotel Crystal Sarovar Agra. Subbagian Agra
dipecah menjadi dua, yaitu Taj Mahal dan "Sisanya".
Taj Mahal
Kenapa penulis menulis Taj Mahal terlebih dahulu? Baca sejarah dan pemahaman
arsitekturnya untuk jawabannya.
Taj Mahal adalah sebuah mausoleum yang dibangun oleh kaisar Mughal Shah
Jahan untuk istrinya Mumtaz Mahal; dibangun mulai tahun 1632 dan selesai
dibangun sekiranya pada tahun 1648; masjid, guesthouse dan gerbang selatan
baru selesai dibangun pada tahun 1653. Alasan di balik pembangunan monumen
ini untuk mengenang istrinya yang meninggal dunia saat melahirkan anak
keempatbelasnya. Taj Mahal dirancang oleh arsitek Ustad Ahmad Lahori, yang
juga merancang bangunan-bangunan penting di masa Shah Jahan berkuasa.
Arsitektur Taj Mahal diakui sebagai mahkota arsitektur dan seni Muslim
Mughal di India, dan sebuah mahakarya arsitektur dan sejarah dunia.
Beberapa fitur arsitektur diulas dalam keterangan foto.
|
Penampilan utama mausoleum Taj Mahal, yang sangat simetris dan indah.
Seluruh profil bangunan, baik dari penempatan tapak mausoleum utama
dan empat menaranya, desain lengkungan dan kubah yang sangat simetris,
dipadukan dengan kolam dan taman yang jauh lebih luas dan besar ke
gerbang selatan. Menaranya memberi efek tiga dimensi pada mausoleum,
dan merupakan hal yang unik bagi arsitektur Mughal, karena sebelumnya
belum ada bangunan Mughal yang memiliki menara.
|
|
Kesimetrisan Taj Mahal menyimbolkan keharmonian lingkungan dan
kesempurnaan arsitektur. Di sisi ini, Taj Mahal semakin megah dengan
menaikkan mausoleum dan menaranya. Mayoritas Taj Mahal berlapiskan
marmer putih.
|
|
Lengkungan masuk menuju makam Shah Jahan dan Mumtaz Mahal. Pintu
masuknya dihiasi motif bunga, kaligrafi Arab dan ornamen jaali.
Sebenarnya, makam Shah Jahan dan Mumtaz Mahal ada di bawah kaki
pengunjung.
|
|
Sisi timur laut.
|
|
Jawab, atau mehmaan khana. Awalnya dibangun sebagai guesthouse.
Berbeda dengan Taj Mahal itu sendiri, Jawab menggunakan lapis bata
merah dengan beberapa lapis marmer gading.
|
|
Masjid Taj Mahal dirancang sama dengan jawab di seberang Taj Mahal itu
sendiri.
|
|
Posisi masjid, mausoleum dan guesthouse Taj Mahal sejajar sempurna. Di
latar depan adalah taman, di zaman Mughal ditanami banyak pohon
buah-buahan.
|
|
Gerbang Selatan Taj Mahal, dibangun untuk menyimbolkan transisi dari
duniawi ke akhirat surga. Sama dengan mausoleum Taj Mahal sendiri,
gerbang ini dihiasi kaligrafi Arab dan motif bunga
|
Di luar Taj Mahal
Penulis kebanyakan mengambil foto bangunan modern, warisan dari mania real
estate dan booming pariwisata di India. Bahkan penulis mengakui bahwa
Benteng Agra alias Agra Fort penulis tidak foto karena jamnya sudah malam
saat bus pariwisata penulis melewati tempat tersebut. Untuk ilustrasi,
penulis ambil kembali foto dari pengguna Wikimedia Commons
 |
Benteng Agra. Foto oleh A. Savin (Wikimedia Commons/WikiPhotoScape), FAL
|
Benteng Agra awalnya dibangun sebagai pusat pemerintahan kekaisaran Lodhi
yang pindah dari Delhi di abat ke-16, sebelum pada 1526 direbut oleh
kekaisaran Mughal setelah pertempuran Panipat, selanjutnya dijadikan oleh
Mughal sebagai ibukota sebelum Kekaisaran Maratha merebutnya pada abad
ke-18. Benteng yang kita lihat saat ini adalah hasil pembangunan oleh
kekaisaran Mughal yang selesai pada tahun 1573. Sebagian bangunan, terutama
bagian benteng yang pintu masuknya di Delhi Gate, tertutup untuk umum karena
digunakan angkatan bersenjata India.
Selain itu, banyak bangunan tua di Agra yang penulis tidak kunjungi. Itu
saja yang penulis jelaskan, tapi sebelum penulis tutup, berikut adalah foto
bangunan "modern" dan "biasa-biasa saja" yang penulis ambil gambarnya di
Agra.
 |
Ramada Plaza Agra, dengan eksterior sangat membosankan mencoba mengekspersikan ciri Mughalnya. Foto DBG.
|
 |
Ramada Plaza Agra. Ciri Mughal yang diterapkan di hotel berbintang lima ini adalah motif bunga di tembok samping dan gapura yang diberi jaali. Foto DBG. |
 |
Hotel Radisson Agra. Foto DBG. |
 |
Apartemen di Agra. Foto DBG. |
 |
Hotel Crystal Sarovar Premiere Agra. Rombongan penulis menginap disini. Uh, layanan internet kamar burik, dan pada akhirnya menonton kartun via MNC Play (ya, benar MNC Play di tablet penulis) di lobi (curhatnya selesai dulu ya). Foto DBG.
|
|
 |
Jaypee Palace Hotel Agra. Penggunaan eksterior bata merah diilhami dari bangunan era Mughal juga seperti Benteng Agra dan benteng luar Taj Mahal. Foto DBG. |
Referensi
Comments
Post a Comment
Ingat bahwa blog ini tidak menolerir segala komentar provokatif berbau politik dan menyerang personal orang. Komentarlah sesuai faedah UU No. 19/2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.